Semarang, 27 Agustus 2025 — Antusiasme guru dalam mengikuti Bootcamp 38 JP: Koding dan Pembelajaran Mendalam (PM) semakin menguat saat memasuki pertemuan ketiga. Narasumber Ady Saefudin, S.Pd., M.Pd. dari BBGTK Jawa Tengah hadir membawakan materi khusus tentang kecerdasan artifisial generatif (Generative AI), yang disambut penuh semangat oleh puluhan peserta dari berbagai daerah.
Pertemuan yang dipandu oleh Dr. Saptono Nugrohadi, M.Pd., M.Si. ini dibuka dengan sambutan hangat. “Malam ini menjadi ruang belajar penuh makna, menambah semangat dan memperkuat kompetensi kita sebagai guru di era digital,” ujar Dr. Saptono dalam pengantarnya.
Dalam paparannya, Ady Saefudin menekankan bahwa AI generatif bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendesak dalam pendidikan. Ia menjelaskan perjalanan teknologi kecerdasan buatan dari machine learning hingga deep learning, hingga kini berkembang pesat pada generative AI yang mampu menghasilkan teks, gambar, suara, hingga video.
“Guru perlu memahami perbedaan mendasar antara searching dan prompting. Kalau searching hanya mencari data yang sudah ada, maka prompting memungkinkan kita menciptakan konten baru sesuai kebutuhan,” jelas Ady.
Peserta juga diajak langsung berlatih membuat prompting efektif untuk menghasilkan modul ajar, asesmen, maupun poster edukasi menggunakan platform AI seperti ChatGPT, Gemini, dan Copilot. Beberapa guru membagikan hasil praktik secara langsung, mulai dari modul ajar matematika SD hingga poster kampanye kebersihan sekolah.
Salah satu peserta, Sri Wahyuningsih, menanyakan bagaimana cara menyusun prompt agar hasil modul ajar lebih detail. Ady menanggapi, “Kuncinya adalah memasukkan persona, tujuan, audiens, konteks, dan format. Semakin lengkap instruksi, semakin sesuai hasilnya dengan harapan guru.”
Interaksi semakin hidup saat para guru mencoba menghasilkan poster edukasi warga sekolah lewat image generation. Karya mereka, mulai dari kampanye Stop Bullying hingga Gerakan 5S (Senyum, Sapa, Salam, Sopan, Santun), dipamerkan bersama di ruang virtual.
Pertemuan malam itu ditutup dengan penekanan pentingnya etika dalam menggunakan AI. “Kita tidak boleh bergantung penuh pada mesin. AI harus kita posisikan sebagai asisten, bukan pengganti guru,” tegas Ady Saefudin.
Dr. Saptono menambahkan, “Wawasan ini akan sangat bermanfaat bila kita tindaklanjuti di kelas dan sekolah. Ujungnya tentu peningkatan mutu pembelajaran dan pendidikan kita.”
Bootcamp ini masih akan berlanjut pada pertemuan keempat dengan fokus pada AI generatif untuk video, musik, dan etika pemanfaatan AI.
0 Komentar